Radarjambi.co.id-Perekonomian saat ini dilansir akan terjadinya resersi ekonomi global di tahun 2023 ini. Inflasi tinggi adalah salah satu penyebab dari resersi tersebut, yang juga di prediksi akan dialami Indonesia.
Lalu apa itu inflasi? Inflasi ini penyebab membuat harga barang-barang menjadi semakin mahal, selain itu mencari pekerjaan baru akan lebih sulit karena perusahaan banyak yang melakukan efisiensi atau pengurangan karyawan.
Mengapa negara-negara di dunia bisa mengalami inflasi? Penyebab utamanya ada 3 hal yang memiliki adil dalam hal tersebut
1. Pandemi Covid-19
2. Konflik Rusia dan Ukraina (yang tak kunjung usai)
3. Perubahan iklim
Ketiga hal tersebut lah yang membuat harga minyak mentah dunia melambung tinggi dengan begitu secara otomatis harga pangan dan komoditas energi pun ikut melonjak.
Yang mana pasti diikuti dengan harga barang dan jasa juga semakin mahal, sedangkan sebuah bank di seluruh negara harus melakukan upaya untuk menstabilkan inflasi, dengan cara menaikan suku bunga acuan dengan mengambil upaya tersebut bunga deposito dan imbal hasil surat berharga juga naik.
Sehingga menarik minat masyarakat untuk berbondong-bondong menyimpan uangnya di bank dibandingkan untuk di konsumsi.
Dengan begitu maka peredaran uang di masyarakat jadi berkurang dan permintaan terhadap barang akan menurun diikuti harga yang ikut turun pada akhirnya tingkat inflasi diharapkan juga menurun dalam proyeksi ekonomi global 2023 yang dikeluarkan IMF.
Resersi tak hanya akan mengurus negara maju tetapi juga warga negara miskin dan negara berkembang seperti Indonesia, hal tersebut bisa terjadi karena.
1. Bank sentral Amerika The Fate, pasti akan menaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi pastinya imbal hasil atau hubungannya juga akan semakin meningkat dengan begitu secara otomatis para Investor asing yang berinvestasi di Indonesia akan memilih menarik dananya dan memindahkan dananya ke Amerika Serikat atau di sebut Capital outflow.
2. Semakin banyak investor yang menaruh dana di Amerika Serikat maka Dollar Amerika akan semakin kuat dimana membuat rupiah melemah bahkan nilai-nilai tukar rupiah diprediksi menembus 16.000 per Dollar Amerika.
3. Inflasi di Indonesia juga sudah melampaui target bank Indonesia per September 2022, inflasi Indonesia mencapai 5,95% , padahal targetnya di tahun ini sekitar 2-4%.
4. Pada saat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 masyarakat Indonesia melakukan penghematan akibatnya daya beli menurun dan banyak PHK yang terjadi di berbagai perusahaan, sedangkan konsumsi rumah tangga ini menyumbang lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebenarnya dalan laporan IMF Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 ini masih diproyeksi positif atau tumbuh sekitar 5%.
Bahkan secara keseluruhan negara berkembang diproyeksi tumbuh positif 3,6% di 2023 ini namun IMF tetap memperingatkan bahwa negara berkembang akan mengalami inflasi yang tinggi yakni mencapai 9,9% di tahun ini dan menurun ke-8,1% di tahun depan.
Ancaman resersi sudah ada di depan mata, lantas apa yang bisa dilakukan pemerintah?
Menurut Sumual David (Ekonom BCA), beliau berkata "saya pikir salah satu yang bisa didorong di tahun ini adalah Investasi, investasi domain stik dan juga PMA.
Seharusnya bisa didorong kepastian soal Ini Baslo bisa di percepat karena salah satu kendala investasi jangka panjang, lalu dari sisi peningkatan 5 apa bisa didorong lewat kebijakan fiskal yang efektif dan terarah? Karena kan kita tahu dari sisi size-nya akan menurun tahun ini.
Karena ada pembatasan, kita balik ke bawah 3% PDB lagi tapi sisi efektivitasnya mungkin didorong untuk sektor-sektor yang punya multiplayer efek besar".
Cara mengantisipasi Resersi dan krisis ekonomi lainnya kita sebaiknya melakukan..
1. Jangan boros (usahakan mengelola uang cash dengan baik dan siapkan dana darurat)
2. Hindari hutang (lunasi cicilan secepat mungkin, karena dengan naiknya suku bunga acuan maka bunga cicilan kita juga akan naik sehingga cicilan kita akan semakin membengkak)
3. Berinvestasi sebaiknya, letakan safe Heaven uang mudah dicairkan seperti logam mulia.
4. Amankan pekerjaan, karena perekonomian tidak bisa diprediksi oleh para karyawan. (*)
Penulis : Astrid Silpa Ivanka mahasiswa Bisnis Jasa Makanan Universitas Ahmad Dahlan
Pentingnya Bahasa Inggris Dan Metode Pembelajaran Yang Tepat Bagi Anak Usia Dini
Mahasiswa Outbound PMM UAD Ikuti Kontribusi Sosial di Kaki Gunung Bulukumba
Mewakili Pj Wali Kota, Staf Ahli Moncar Tutup Diklat PKA Pemerintah Kota Jambi